Tidak mudah mencari yang hilang, tidak mudah mengejar impian. Namun yang lebih sulit mempertahankan yang sudah ada karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga. Ingatlah pada pepatah, "Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini". ~
Minggu, 21 Oktober 2012
Kisah Pohon Apel dan Anak laki2 riang
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang
senangbermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.Ia senang
memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,tidur-tiduran di
keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangatmencintai pohon
apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dantidak
lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.Suatu hari ia
mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main
lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang
bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin sekali
memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”Pohon apel
itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh
mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
uanguntuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia
lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh
suka cita.Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon
apel itukembali sedih.Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel
sangat senang melihatnyadatang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata
pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus
bekerja untuk keluargaku. Kamimembutuhkan rumah untuk tempat tinggal.
Maukah kau menolongku?” Duh, maafaku pun tak memiliki rumah.Tapi kau
boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” katapohon
apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia
melihatanak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali
lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.Pada suatu musim panas,
anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita
menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” katapohon apel.”Aku
sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku
ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal
untuk pesiar?”“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong
batang tubuhku danmenggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau.
Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”Kemudian, anak lelaki itu
memotong batang pohon apel itu dan membuat kapalyang diidamkannya. Ia
lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemuipohon apel
itu.Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun
kemudian. “♏ƌƌƑ anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki
buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk
mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.“Aku juga tak memiliki
batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohonapel.”Sekarang, aku
sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Akubenar-benar tak
memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa
hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel
itu sambil menitikkan air mata.“Aku tak memerlukan apa-apa lagi
sekarang,” kata anak lelaki.“Aku hanya membutuhkan tempat untuk
beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat
terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di
pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”Anak lelaki itu
berbaring di pelukan akar-akar pohon.Pohon apel itu sangat gembira dan
tersenyum sambil meneteskan air matanya.NOTE :Pohon apel itu adalah
orang tua kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah
dan ibu kita. Ketikakita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan
hanya datang ketika kitamemerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak
peduli apa pun, orang tua kitaakan selalu ada di sana untuk memberikan
apa yang bisa mereka berikan untukmembuat kita bahagia. Anda mungkin
berpikir bahwa anak lelaki itu telahbertindak sangat kasar pada pohon
itu, tetapi begitulah cara kitamemperlakukan orang tua kita.Dan, yang
terpenting: cintailah orang tua kita.Sampaikan pada orang tua kita
sekarang, betapa kita mencintainya; danberterima kasih atas seluruh
hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar