Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang k
ayu
terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya.
Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum
tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi
membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun. Maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada."
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas2an. Ia asal2an membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan2 berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu." Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh2. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal2an.
Inilah refleksi hidup kita...
Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana. Karena kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalah hasil dari keputusanmu saat ini.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun. Maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada."
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas2an. Ia asal2an membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan2 berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu." Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh2. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal2an.
Inilah refleksi hidup kita...
Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana. Karena kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalah hasil dari keputusanmu saat ini.
082340796169
BalasHapus